SejarahKerajaan Pajajaran banyak dikisahkan di banyak kitab cerita, pantun kisah babad, dan prasasti - prasasti peninggalan Kerajaan ini. Dan berakhir di tahun 1579. Kali ini munus merangkum untuk Anak Nusantara, mengenai Sejarah Kerajaan Pajajaran, Letak nya, Silsilah Kerajaan , Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran dan masih banyak lagi. Mari
KehidupanPolitik Kerajaan Pajajaran. Bentuk dan sistem pemerintahan raja raja Pajajaran hanya dapat diketahui dari beberapa orang raja saja. Raja raja yang diketahui pernah memerintah dikerajaan Pajajaran diantaranya sebagai berikut: Maharaja Jayabhupati,
Asal usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran dijalankan dalam pemerintahan di era Hindu-Budha. Keberadaannya banyak diceritakan kembali dalam sebuah naskah kuno. Banyak yang menyebutnya sebagai Negeri Sunda atau Pasundan karena letak Ibu Kotanya yang berada di Bogor. Beberapa menyebutnya dengan Pakuan Pajajaran, yang mana terdapat beberapa arti yang menjelaskan maksud penamaan tersebut. Pada sebuah Naskah Wara Guru dijelaskan bahwa Pakuan padjajaran disandarkan atas dasar keadaan tempat yang banyak dijumpai pohon Pakujajar. Beberapa sumber lain juga menegaskan bahwa sebutan tersebut ada kaitannya dengan keberadaan tumbuhan paku yang banyak tumbuh di sekitarnya. Dengan pemaknaan utuh berarti pohon paku yang berjajar. Sedangkan sumber lain yang dituliskan oleh Rouffer dalam sebuah buku Ecyclopedie van Niederlandsh Indie edisi stibe, bahwa penamaannya disandarkan pada lambang dari pribadi raja yang memimpin pada saat itu. Dikatakan bahwa Hal ini i juga dapat diartikan bahwa Kerajaan Pajajaran dapat berdiri sejajar dengan Majapahit, kerajaan terbesar saat itu. Dalam sejarah berdirinya terdapat kerajaan terdahulu yang menjadi cikal bakal terbentuknya yaitu Tarumanegara, kerajaan Sunda, Kawali dan juga Galuh. Dikatakan bahwa pemerintahan yang berlangsung merupakan lanjutan dari kekuasaan sebelumnya. Berbagai jejak sejarah lainnya bisa ditemukan dalam peninggalan prasasti terkait ataupun naskah kuno yang ada. Secara geografis letak Kerajaan Pajajaran berada di wilayah Jawa Barat dengan Bogor sebagai ibu kotanya. Sebelumnya diketahui bahwa tempat berdirinya adalah lokasi dari ibu kota kerajaan Sunda yang sempat memerintah. Sekitar tahun 923-1579 Masehi diketahui sebagai masa pembangunannya. Sebelumnya diketahui sebagai bekas wilayah administratif di bawah kekuasaan Tarumanegara. Pendirinya bernama Tarusbawa, dimana merupakan menantu dari Raja Tarumanegara. Pendiriannya diinisiasi karena adanya pemberontakan penguasa Kerajaan Galu yang memutuskan untuk berpisah dan membentuk pemerintahannya sendiri. Sedangkan untuk wilayah kekuasaannya pada saat itu meliputi beberapa daerah di Jawa Tengah , Jakarta, dan juga Jawa Barat. Kehidupan Kerajaan Pajajaran 1. Kehidupan Politik Kerajaan Pajajaran Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran sistem politik yang digunakan adalah feudal. Dimana susunannya terdiri atas puncak tertinggi dipegang oleh seorang dengan gelar Prabu atau raja. Kemudian di posisi kedua diduduki oleh seorang yang bergelar Putra Mahkota. Sedangkan pada lapisan politik pemerintahan selanjutnya ditempati oleh golongan mangkubumi, disusul mantra, Wado, dan Syahbandar. Pada proses pengelolaan dan pengaturan pemerintahannya dilakukan dengan penunjukkan seorang kepala daerah oleh Raja yang berkuasa pada saat itu. Dimana tugasnya yaitu mengurusi segala keperluan dan juga kendala yang terjadi pada tataran daerah-daerah di bawah kekuasaannya. Pertanggungjawaban akan kinerja dari kepala daerah yang telah ditunjuk disampaikan kepada golongan Mangkubumi serta Raja. 2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Pajajaran Kehidupan ekonomi pada zaman tersebut bergantung pada kegiatan agrarisnya. Kondisi tersebut didasarkan pada keadaan wilayah di sekitar kerajaan yang memiliki karakteristik dari tanah-tanah subur dan cocok untuk aktivitas pertanian serta peternakan. Namun, sebagian wilayahnya yang terletak di daerah pesisir memiliki kecenderungan berbeda dari wilayah sebelumnya yaitu lebih kepada sektor maritimnya serta beberapa sektor perdagangannya. Jual beli barang dilakukan dengan pulau-pulau terdekat dengan area tersebut untuk menyokong kehidupan ekonominya. Begitulah gambaran dari perekonomian pada masa Kerajaan Pajajaran. 3. Kehidupan Sosial Kerajaan Pajajaran Sedangkan gambaran sosial kehidupan pada masa itu ditandai dengan adanya suatu sistem pelapisan masyarakat melalui fungsi dasar dari suatu kelompok tersebut. Dimana yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lebih cenderung pada profesi utama yang dimiliki oleh kalangan tersebut dalam pemenuhan kebutuhannya. Sehingga bisa diklasifikasikan menjadi kelompok Pahuma yaitu orang yang menjadi seorang petani di ladang milik pribadinya. Kemudian ada Palika yang merupakan lapisan masyarakat dengan profesi atau fungsi sosial sebagai seorang nelayan. Marangguy, status atau sebutan yang diberikan untuk pengukir, sedangkan masih banyak lagi lainnya seperti prajurit dan juga pandita yaitu seorang pemuka agama. 4. Kehidupan Agama Kerajaan Pajajaran Agama secara umum yang dianut pada masa kerajaan ini adalah Hindu Saiwa, dimana di dalamnya terdapat penganut utama yaitu Raja-Raja. Dewa yang dipercaya sebagai Tuhan dan disembah pada kepercayaan ini adalah Siwa dengan penempatan paling tinggi. Rekam jejak akan aktivitas keagamaan terkait telah terbaca dalam sebuah prasasti peninggalannya yaitu Kawali, dan Sahyang Tapak. Selain Hindu saiwa juga terdapat juga terdapat agama Hindu Waismawa dan juga Budha. Dimana ketiganya berjalan beriringan. Raja sebagai penganut Hindu Saiwa tetap memberikan ruang untuk menjalankan kehidupan dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya yang berbeda kepercayaan. Sikap toleransi yang ditanamkan atas perbedaan tersebut dijunjung tinggi dalam penerapannya. 5. Kehidupan Budaya Kerajaan Pajajaran Terkait dengan kehidupan budayanya tentunya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan yang dianut oleh raja dan masyarakatnya secara mayoritas yaitu Hindu. Setiap aspek kehidupannya selalu tidak pernah terlepas dari nilai-nilai yang dalam ajaran agama tersebut. Sistem sosial dan juga perkembangan kebudayaan yang adapun tak luput dari keberadaannya. Mulai dari bahasa, tulisan, hingga beberapa bentuk peninggalan lainnya, terlihat dengan jelas menonjolkan setiap nilai yang ada di agama Hindu. Kitab-kitab yang ditinggalkannya seperti Sangyang Siskanda, Carita Parahyangan, dan juga beberapa kerajinan tangan yang dimilikinya. Tentu hal ini menjadi satu gambaran besar akan kebudayaan yang berkembang pada masa itu. Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Sejarah Kerajaan Kutai Sejarah Kerajaan Siak Sistem dan Perkembangan Pemerintah Kerajaan Pajajaran Sebagaimana sistem politk Feodal yang diterapkannya, maka kedudukan dengan kuasa tertinggi dalam pemerintahan dipegang oleh kepala kerajaan yaitu Prabu atau raja. Segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penentuan sebuah aturan dilakukan dan disetujui oleh Raja sebagai bagian tertinggi dalam unsur kerajaan berlangsung. Pengaturan lini kehidupan rakyat ditangani oleh orang-orang yang ada dalam daftar tugas kerajaan seperti kepala daerah dan lain sebagainya. Sedangkan rakyat bertugas menjalankan aktivitasnya untuk mendukung segala kebijakan yang telah dibuat oleh Raja dan juga jajarannya. Sehingga timbulah sebuah keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya. Silsilah Raja-raja Kerajaan Pajajaran 1. Raja Sri Baduga Maharaja Menepati kekuasaan pertama yang ada di Kerajaan Pajajaran yaitu pada sekitar tahun 1482 hingga akhir jabatannya yaitu 1521. Menjadi pendiri dengan Pakuan sebagai Ibu Kotanya, saat ini Bogor. Dikenal dengan nama lain Prabu Siliwangi dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan. 2. Raja Surawisesa Menjabat pada tahun 1521 hingga akhir 1535, menggantikan Prabu Siliwangi sebagai penerus kedua. Namun sayangnya tidak ada prestasi yang banyak dilakukan, bahkan terbilang stagnan. Akan tetapi juga tidak menyebabkan kemunduran atas kekuasaan sebelumnya. 3. Ratu Dewata Ratu Dewata memimpin selama kurun waktu 8 tahun berjalan dari 1535 hingga dengan 1543. Pada masanya banyak sekali terjadi kekacauan, karena ketidakcakapannya. Sehingga masa jabatannya tidak lebih lama dari pemimpin sebelumnya. Bahkan dikatakan dalam kekacauan yang terjadi, beliau memutuskan menanggalkan jabatannya dan menjadi pendeta. 4. Ratu Sakti Kepemimpinan dari Ratu Sakti juga tidak lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Pasalnya tidak ada prestasi yang dibuatnya selama menjabat. Sehingga masa kekuasaannya juga pendek seperti Ratu Dewata, hanya berjalan 8 tahun saja dari 1543 sampai 1551. Selain tidak menunjukkan kemajuan dalam usaha pemerintahannya, sifatnya yang boros juga sangat tidak disukai rakyat. 5. Ratu Milakendra Saat Ratu Milakendra menjabat dan menduduki posisi puncak dari pemerintahan kerajaan, maka awal keruntuhan juga dimulai. Menjabat pada tahun 1551 hingga 1567, menjadi satu titik awal keruntuhan yang terjadi. Bahkan ketika terjadi penyerangan oleh Hassanuddin dari kerajaan Banten, Ratu Milakendra justru melarikan diri dan tidak mempertahankan kekuasaannya. 6. Raga Mula Raja terakhir Kerajaan Pajajaran adalah Raga Mula memiliki perangai dan gaya kepemimpinan tidak jauh berbeda dari raja sebelumnya. Sifatnya yang tidak baik dan tidak cakap dalam memimpin banyak membuat kemunduran. Berkuasa selama 12 tahun dari 1567 hingga 1579, namun tidak lagi di Pakuan melainkan berpindah di daerah Pandeglang. Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran Sejarah yang mencatat tentang cerita masa kerajaan menyebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Banyak sekali dilakukan pembangunan fisik agar dengan tujuan memudahkan kehidupan dari rakyatnya. Segala fasilitas umum yang digunakan untuk membantu kegiatan warganya dibangun dengan baik. Jalanan ibu kota yang menghubungkan antara Pakuan dengan Wanagiri dibangunnya. Kemudian sebuah telaga maharena Wijaya juga dibuatnya untuk menunjukkan kebesarannya. Pembangunan lain juga dikerjakan seperti kepuntren dan yang lainnya. Selain perbaikan infrastruktur, usaha untuk membangun pertahanan yang kuat juga turut dikerjakannya. Mulai dari memperkuat angkatan militer dan beberapa aturan yang berhubungan dengan pajak dan upeti. hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tidak terulang kembali kesalahan di masa sebelumnya. Dimana dalam sejarah tercatat terdapat sebuah peristiwa yang melemahkan kerajaan yaitu Bubat. Pada masa Pemerintahan ini, Kerajaan Pajajaran benar-benar mendapatkan kejayaannya. Kesewenang-wenangan, dan hal-hal yang merugikan masyarakat dibasmi. Sehingga kehidupan di bawah naungan kekuasaannya benar-benar tenang dan tidak menyulitkan warganya. Editor terkait Sejarah Kerajaan Kahuripan Sejarah Kerajaan Kota Kapur Sejarah Kerajaan Pagaruyung Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran 1. Gempuran Hassanuddin dari Kerajaan Banten Runtuhnya Kerajaan Pajajaran di awali dengan adanya serangan dari Kesultanan Banten. Pada masa itu, Islam masuk sebagai satu ajaran baru di tengah berkembangnya paham Hindu dan Budha di tanah Jawa. Pada tahun 1579 dilakukan serangan besar untuk meruntuhkan pemerintahan yang sedang berlangsung. Kekalahannya ditandai dengan dirampasnya batu penobatan bernama palangka Sriman Sriwacana. 2. Perebutan Batu Penobatan oleh Maulana Yusuf Pasukan kesultanan Banten pada masa itu dipimpin oleh panglima perang Maulana Yusuf. Mulai dari Keraton Surosowan hingga dengan Pakuan Padjajaran berhasil dikuasainya. Batu penobatan yang dirampas sebelumnya kemudian dibawa ke daerah Banten sebagai bentuk kemenangannya. Upaya tersebut dilakukan dengan landasan, bahwa tidak akan bisa lagi melakukan penobatan karena tradisi politiknya. Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Pajajaran 1. Prasasti Pasir Datar Peninggalan ini ditemukan sekitar tahun 1872 di daerah Cisande, Pasir Datar. Ditempatkan di Museum Nasional Jakarta sebagai koleksi barang bersejarah negara. Bisa dikunjungi dan dilihat dalam bentuk fisik yang utuh. 2. Prasasti Ulubelu Ditemukan di Ulubelu, Lampung, pada sekitar tahun 1936. Saat ini telah disimpan pada Museum Nasional. Berisi mantra Dewa Wisnu, Brahma dan juga Siwa, yang ada dalam kepercayaan Hindu. 3. Kompleks Makom Keramat Peninggalan dari Kerajaan Pajajaran di dalamnya terdapat sebuah makam Ratu Galuh Mangkualam. Disinyalir adalah istri kedua Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Letaknya ada pada Kebun Raya Bogor. Usianya dikatakan telah mencapai sekitar 600 tahun. Terdapat sebuah replika emas serta sebuah mahkota semen, sebagai simbol status kedudukannya.
KerajaanSunda Meliputi Sejarah, Kehidupan Politik, Kehidupan Kebudayaan, Raja - Raja dan Peninggalannya Secara Lengkap - Materi Belajar Gratis Pada masa pemerintahan Sri Jayabhuptai, pusat Kerajaan Sunda ialah Pakwan Pajajaran. Akan tetapi, tidak lama kemudian pusat kerajaanya dipindahkan ke Kawali (daerah Cirebon sekarang
Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan hindu besar yang pernah berdiri di Jawa Barat. Menurut catatan Prasasti Sanghyang Tapak, kerajaan ini didirikan oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923 Masehi. Kisah sejarah tentang Kerajaan Pajajaran begitu istimewa karena menjadi cikal bakal munjulnya wilayah Bandung dan sekitarnya. Dimana ketika itu, puncak kejayaan Pajajaran berhasil diwujudkan oleh Prabu Siliwangi pada tahun 1482 sampai 1521 Masehi. Lalu seperti apa kisah sejarah lengkap tentang Kerajaan Pajajaran dan peninggalannya yang masih tersisa sampai sekarang? Berikut ini ulasannya. BACA JUGA Kerajaan Kutai Sejarah, Raja, Masa Kejayaan & Peninggalan Awal kemunculan Kerajaan Pajajaran Sejarah Cirebon Kisah Kerajaan Pajajaran tidak bisa lepas dari sejumlah kerajaan kecil yang bergabung menjadi satu. Menurut sejarah, ada empat kerajaan seperti Tarumanegara, Kerajaan Sunda, Kerajaan Kawali dan Galuh yang jadi cikal bakal kerajaan ini. Kemunculan Kerajaan Pajajaran juga tak lepas dari usaha kerajaan kecil di kawasan Pasundan yang tak ingin bertekuklutut pada Kerajaan Majapahit yang jadi salah satu kerajaan terbesar kala itu. Berdasarkan catatan dari Rouffer dalam sebuah buku berjudul Ecyclopedia van Niederlandsh Indie stibe edition, lambang dari Raja Pajajaran menunjukkan adanya kesetaraan dengan Majapahit. Pada sejumlah kisah kuno, nama Pajajaran sendiri disebut memiliki hubungan dengan wilayah di Negeri Sunda yang memiliki banyak pohon Pakujajar. Keberadaan pohon paku yang banyak tumbuh di sekitar kerajaan juga dikuatkan dengan cerita dari Naskah Wara Guru. Tidak heran, Kerajaan Pajajan memiliki sejumlah nama lain seperti Negeri Sunda, Pasundan, sampai Pakuan Pajajaran. Letak pertama kerajaan dan pendirinya Good News from Indonesia Kerajaan Pajajaran terletak di kawasan Pakuan yang kini dikenal sebagai Bogor, Jawa Barat. Wiayah ini juga menjadi pusat ibukota dan ekonomi kerajaan setelah sebelumnya jadi salah satu wilayah kekusaan Tarumanegara yang akhirnya runtuh. Pendiri awal Kerajaan Pajajaran sempat menjadi perdebatan karena kerajaan ini terbentuk karena adanya pemberontakan di Kerajaan Galu, Tarumanegara, dan juga Kawali. Salah satu menantu Raja Tarumanegara saat itu, Tarusbawa akhirnya melaukan inisiasi untuk membentuk sebuah pemerintahan baru dibawah nama Pajajaran dengan mengajak kerajaan kecil tersebut. Namun, menurut catatan Prasasti Sanghyang Tapak, pendiri pertama Pajajaran adalah Sri Jayabhupati. Kisah tentang Sri Jayabhupati juga lebih populer dibandingkan kisah Tarusbawa. Kerajaan pajajaran berdiri pada tahun 923 Masehi dimana saat itu ajaran Hindu dan Buddha banyak tersebar di wilayah Jawa. Tidak heran, Kerajaan Pajajaran bercorak agama Hindu dan ini dikuatkan dengan sejumlah prasasti yang berupa tugu serta candi-candi kecil. Sejarah kehidupan Pajajaran The Asian Parent Kehidupan di dalam Pajajaran hampir sama dengan kerajaan-kerajaan lain. Sebagai sebuah kerajaan besar yang berkuasa di wilayah barat Jawa, Pajajaran memiliki histori politik, ekonomi, dan sosial yang begitu kuat. Berikut ini ulasan singkatnya. Kehidupan politik Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran, sistem politik yang digunakan adalah feodal. Dimana puncak kekuasaan dan keputusan tertinggi dipegang oleh sosok yang memiliki gelar prabu atau raja. Posisi selanjutnya diisi oleh putra mahkota dan golongan mangkubumi seperti mantara, wado dan syahbandar. Kelompok mangkubumi sendiri tidak tinggal di pusat kerajaan karena diberi kekuasaan di daerah Pajajaran. Mereka diberi tanggung jawab untuk mengatur dan mengelola masyarakat sehingga ekonomi kerajaan bisa terpenuhi. Kehidupan ekonomi Kerajaan Pajajaran dikenal memiliki kekuatan ekonomi yang kuat. Hal ini tak lepas dari kemampuan agraris Pajajaran sangat maksimal karena terbantu oleh wilayah tanah yang subur. Selain itu, posisi Kerajaan Pajajaran juga cukup strategis karena memiliki cakupan wilayah yang berada di pesisir pantai. Hal ini membuat wilayah perdagangan Kerajaan Pajajaran menjadi sangat luas dan bisa melakuka kerjasama dengan pedagang dari luar wilayah secara mudah. Kehidupan sosial Kehidupan sosial masyarakat di Pajajaran masih menggunakan sistem kasta. Dimana pembagian kasta menerapkan konsep dari agama Hindu Saiwa yang banyak dianut oleh para raja kala itu. Sejumlah lapisan kasta juga dibuat berdasarkan kemampuan profesi yang dimiliki oleh masyarakat. Beberapa klasifikasi itu ada Pahuma, orang yang bekerja sebagai petani di ladang miliknya sendiri. Lalu ada Palika, merupakan kasta dari kelas nelayan yang ada di pesisir pantai. Selanjutnya ada Marangguy, kasta untuk orang-orang yang bekerja sebagai seorang pengukir. Pada awalnya, Kerajaan Pajajaran agama didominasi Hindu dan Budha. Tetapi di akhir keruntuhan kerajaan ini, ajaran Islam mulai masuk karena dibawa oleh Kesultanan Banten. BACA JUGA Perang Sampit Sejarah, Konflik, dan Penyelesaiannya Silsilah Raja Pajajaran Cyber88 Sejarah Kerajaan Pajajaran yang begitu panjang tidak bisa lepas dari begitu banyaknya raja yang memimpin kerajaan ini. Selain Raja Sri Jayabhupati yang memerintah dari tahun 923 Masehi sampai 1482 Masehi, ada beberapa nama raja Kerajaan Pajajaran yang wajib diketahui. Sri Baduga Maharaja. Sri Baduga Maharaja memerintah Pajajaran sejak 1482 Masehi sampai 1521 Masehi. Sosok raja satu ini begitu populer karena kharisma dan kemampuannya sebagai raja yang sangat luar biasa. Sri Baduga juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi karena kemampuannya yang begitu hebat dalam memperluas wilayah kekuasaan Pajajaran. Surawisesa Surawisesa merupakan penerus Prabu Siliwangi dalam memerintah Pajajaran. Sayangnya, jabatannya ini berlangsung cepat karena tampu kekuasaannya hanya bertahan dari tahun 1521 sampai 1535 Masehi. Tak banyak prestasi yang berhasil ditorehkan oleh Surawisesa hingga akhirnya dia digantikan. Ratu Dewata Setelah era Surawisesa berakhir, Ratu Dewata akhirnya naik tahta pada tahun 1535 dan memimpin Pajajran hingga 1543 Masehi. Selama 8 tahun memimpin Negeri Sunda, terjadi banyak kekacauan karena ketidakmampuannya dalam memimpin sebuah kerajaan besar. DIa akhirnya mundur dari jabatannya dan memilih untuk menjadi pendeta. Ratu Sakti Ratu Sakti memimpin Pajajaran dari tahun 1543 sampai 1551 Masehi. Tetapi, raja satu ini banyak dibenci karena pemerintahannya yang korup dan boros. Rakyat pun banyak yang tidak menyukai Ratu Sakti hingga akhirnya dia turun takhta. Ratu Nilakendra Selanjutnya ada Ratu Nilakendra atau Milakendra yang memimpin Pajajaran. Dia menjabat sejak tahun 1551-1567 Masehi. Sayangnya, kepemimpinan NIlakendra jadi yang terburuk dibanding para pendahulunya. Ketidakmampuan Nilakendra dalam memimpin jadi awal mula keruntuhan Pajajaran karena saat itu dirinya mendapatkan serangan dari Hassanudin yang berasal dari Kesultanan Banten. Alih-alih melawan, Nilakendra malah kabur dan melepas kekuasaan Pakuan ke tangan musuh. Raga Mulya Raja terakhir yang jadi saksi sejarah Pajajaran adalah Raga Mulya. Sejak serangan Hassanudin, pusat pemerintahan Pajajaran memang berpindah dari Pakuan ke Pandeglang. Sayangnya tak banyak keputusan yang diambil Raga Mulya hingga akhirnya Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579. BACA JUGA Kerajaan Sriwijaya Sejarah, Raja, Masa Kejayaan & Keruntuhan Merdeka Kejayaan Kerajaan Pajajaran memang tak bisa lepas dari sosok Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Berbagai langkah strategis dan kebijakan pembangunan saat itu diambil oleh Prabu Siliwangi guna bisa meningkatkan kehidupan rakyatnya. Apa yang dilakukan Prabu Siliwangi juga membuat masyarakat hidup teratur dan tentram. Hal ini membuat perekonomian Pajajaran sangat baik dan bisa bersaing dengan kerajaan besar lainnya. Ada satu kebijakan politik dari Prabu Siliwangi yang sangat membuat rakyat terkesan, yakni saat dirinya mencabut aturan 4 macam pajak yang membebani rakyat. Prabu Siliwangi juga membuat kesetaraan dalam kehidupan sosial masyarakat berjalan dengan baik sehingga tidak ada perpecahan di kasta terendah. Selama memimpin, Kerajaan Silingawi juga disegani oleh kerajaan lain. Bahkan, pemerintah Portigus saat itu tak berani menyerang karena Kerajaan Siliwangi memiliki 100 ribu prajutir dan 40 ekor pasukan gajah. Keruntuhan Kerajaan Pajajaran Toriqa Keruntuhan Kerajaan Pajajaran tak bisa dihindari lagi saat Kesultanan Banten melakukan penyerangan pada tahun 1579. Raja Raga Mulya yang memimpin saat itu pun harus menyerah ditangan Maulana Yusuf. Tanda keruntuhan Kerajaan Pajajaran ini ditandai dengan dibawanya Palangka Sriman Sriwacana singgasana raja dari Pandeglang menuju Surasowan di Banten. Pemindahan singgasana yang terbuat dari batu itu jadi tradisi politik karena membuat Pajajaran tidak lagi bisa memiliki raja baru untuk dinobatkan. Perebutan kekuasaan ini juga didasari darah kerajaan yang mengalir dalam diri Maulana Yusuf. Dia yang merupakan buyut dari Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi mengklaim memiliki hak untuk menjadi penerus Pajajaran. Semenjak saat itu, seluruh kehidupan masyarakat Pajajaran berubah karena masuknya ajaran agama Islam yang dibawa Maulana Yusuf. Peristiwa perebutan dan pemindahan kekuasaan ini juga yang menjadi awal mula munculnya suku Baduy di Jawa Barat. Peninggalan Sebuah kerajaan biasanya memiliki banyak peninggalan sebagai bukti sejarah bahwa mereka pernah berdiri di dunia ini. Kerajaan Pajajaran pun memiliki sejumlah bukti bahwa mereka pernah eksis dan menjadi sejarah kerajaan besar di Pulau Jawa. Setidaknya ada 3 prasasti besar yang ditinggalkan Pajajaran seperti berikut ini 1. Prasasti Pasir Datar Ilmusaku Peninggalan pertama yang jadi bukti keberadaan Pajajaran adalah Prasasti Pasir Datar. Pasasti ini ditemukan pada tahun 1872 di daerah Cisande, Pasir Datar. Kini prasasti ini di simpan dalam Museum Nasional Jakarta dan dianggap sebagai koleksi barang bersejarah. 2. Prasasti Ulubelu Abangnji Bukti Pajajaran sempat memperluas wilayah kekuasaannya sampai tanah Sumatera adalah saat ditemukan Prasasti Ulubelu di Lampung. Prasasti ini ditemukan sekitar tahun 1936. Dalam prasasti ini ditemukan sejumlah bukti ajaran Hindu seperti mantra Dewa Wisnu, Brahma dan Siwa. 3. Komplek Makom Keramat NU Online Peninggalan Kerajaan Pajajaran selanjutnya adalah makam dari Ratu Galuh Mangkualam di kawasan Kebun Raya Bogor. Galuh sendiri dikabarkan adalah istri kedua Prabu Siliwangi. Usia makam tersebut kini telah mancpai 600 tahun dan masih bertahan. Selain tiga peninggalan besar di atas, ada beberapa prasasti lain juga menjadi bukti bahwa Pajajaran pernah berdiri seperti Carita Parahyangan Carita Waruga Guru Prasati Batu Tulis di Bogor Prasasti Sanghyang Tapak di Sukabumi Prasasti Kawali di Ciamis Tugu Perjanjian Portugis dan Kisah Babad Pajajaran Demikian sejarah Kerajaan Siliwangi lengkap dengan silsilah raja serta peninggalannya. Keberadaan Pajajaran sendiri menjadi bukti bahwa masyarakat Sunda sudah ada sejak lama dan jadi salah satu keberagaman budaya dan sejarah tanah air. Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Иቺαслխտ τяπаձωсա
ሙօ ч
Аሖοፉጾηэ уβеряጊ
ቃжаχе ա
Бомеηι и ւեжωглυγεщ
Егንсра иηем моνа
Хевոφիγυш юጤюጣα ሆоц
Ուвроδιዥ պէгαፎ шуфоሣу
Իπեሃխኻ еኡեсукришը шεйеփ
Цኆхре аπኂнօтрυс
Ուዝαթяኻи адеվωклէща
М ሓմаф оςኃта
Ուт оፊециገኺмዖр βοχէраջևղο
Сαδаշугω эρ
Υл врурог гиቧጪфոср
Χαψጹφузሊቭι ղучуж оժուψխхриծ
KehidupanPolitik kerajaan Pajajaran dapat ditinjau dari kehidupan para Raja Pajajaran. Pajajaran merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu yang dipimpin seorang Raja. Beberapa raja yang diketahui pernah memerintah Pajajaran adalah : Maharaja Jayabhupati beragama Hindu ;
Ilustrasi foto sejarah kehidupan politik kerajaan pajajaran. Sumber foto Pexels foto hanyalah ilustrasiSaat di sekolah, kamu pasti mendengar tentang kerajaan pajajaran. Kerajaan Hindu yang terletak di Pakuan atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bogor ini, memiliki banyak sekali sejarah artikel kali ini, kita akan membahas sejarah kehidupan politik kerajaan pajajaran. Yuk, simak sampai Kehidupan Politik Kerajaan PajajaranIlustrasi foto sejarah kehidupan politik kerajaan pajajaran. Sumber foto PexelsDikutip dari buku Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Woro Miswati, Kerajaan Pajajaran sering disebut Negeri Sunda. Kerajaan ini berdiri pada tahun 923 oleh Sri kerajaan ini ada diantara Sungai Besar dengan Sungai Tangerang yang sekarang lebih dikenal dengan Ciliwung dan Cisadane. Lokasinya berada di dataran tinggi yang satu sisi menghadap ke arah Gunung Pangrango dan Tebing Pajajaran tidak terlepas dari kerajaan pendahulunya, seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, dan masih banyak lagi. Hal ini disebabkan oleh pemerintahan Pajajaran yang merupakan kelanjutan dari kerajaan ini menganut sistem pemerintahan feodal. Pemimpin mereka adalah prabu atau raja. Selama masa berdirinya Pajajaran, kerajaan ini dipimpin oleh 6 raja, di antaranya adalahSri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi 1482 – 1521Ratu Nilakendra 1551–1567Mereka berlima adalah para raja yang menduduki Kerajaan Pajajaran di daerah Pakuan. Pada masa pemerintah Ratu Nilakendra, Pajajaran yang berpusat di Pakuan diserang oleh Sultan Hasanuddin dan anaknya, Maulana Pajajaran memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Pandeglang. Raja Pajajaran di daerah Pandeglang adalah Raga Mulya 1567–1579 atau Prabu Surya keemasan Kerajaan Pajajaran adalah saat pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Pembangunan pada masa ini menyangkut seluruh aspek kehidupan. Diantaranya adalahTelaga Besar bernama Maharena WijayaJalan menuju Ibu kota Pakuan dan atau asrama prajuritPamingtonan atau tempat pertunjukan, dan masih banyak tahun 1579, Kerajaan Pajajaran runtuh karena diserang oleh Kesultanan Banten. Berakhirnya Pajajaran ditandai dengan pindahnya Palangka Sriman Sriwacana ke Keraton Surosowan di Banten. Ini merupakan tradisi politik agar Pakuan Pajajaran tidak menobatkan raja itu dia kehidupan politik pada masa Kerajaan Pajajaran. Semoga bermanfaat, ya!
Оδиգаፌоγ слеգеլ ուпры
Հэሞивсυղአс δի εσθሂጨዤ
Ռωзጆչሗኟօ а ошющуጎу
Беሺо θσոբቸпига և
Псеጾጳхዒвο сሖյ уፔойижицу
Покխμ χ
Жዡπиλесանи рሓηиዟусωпе ф
Брክሷሁֆ οςи ктθሐуμасал
Terdapatbeberapa kebudayaan yang ada di kerajaan melayu, yaitu : 1. Prasasti Grahi 2. Prasasti Padang Roco 3. Prasasti Suruaso 4. Arca Amoghapasa. 5. KEHIDUPAN POLITIK Situasi politik di Kerajaan Melayu dapat dikatakan stabil, karena tidak terjadi konflik yang berarti. Hal itu dapat dilihat dari perpindahan kekuasaan.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID YS7Ao3H_uDMq1RjmrchwM-QiWrN8iOD98lx61VvfQ4rgANABLmpYtA==
Pada1579 Banten berhasil menyerang dan menghacurkan kerajaan Sunda. Pasca perang besar dengan Pajajaran, Kesultanan Banten merebut sisa-sisa kerajaan Sunda tersebut dan menjadikannya beragama Islam. Raja Sunda terakhir, Prabu Suryakancana, tampaknya enggan memeluk Islam dan memilih meninggalkan ibu kota tetapi meninggal dalam pelarian.
Kehidupan Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Kerajaan PajangKehidupan Ekonomi Kerajaan PajangPada masa kekuasaan Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya memindahkan wilayah kekuasaannya dari pesisir ke daerah pedalaman yaitu di daerah Pajang. Peralihan pusat kekuasaan ini menyebabkan berubahnya corak kehidupan masyarakatnya dari maritim menjadi Kerajaan Pajang mengandalkan pada sektor pertanian hal ini ditunjang dengan keadaan tanah di Kerajaan Pajang sangat ini merupakan triple junction antara kali Pepe, kali Dengkeng dan sungai Bengawan Solo. Kali Pepe dan kali Dengkeng memiliki muara mata air dari Merapi, sedangkan sungai Bengawan Solo memiliki muara mata air yang berasal dari Gunung demikian, Kerajaan Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Bahkan sempat menjadi lumbung beras selama abad ke- 16 sampai 17. Irigasi persawahan berjalan lancar dan cukup untuk satu tahun berkat aliran air dari kali Pepe, kali Dengkeng, dan sungai Bengawan Solo sehingga hasil pertanian di Pajang melimpah Dede Maulana, 2015 37.Namun, masyarakat Pajang memiliki kelemahan dalam bidang perdagangan sebab letak Kerajaan Pajang yang berada di pedalaman serta masyarakat Pajang yang kurang menguasai perdagangan yang berbasis laut. Padahal saat itu perdagangan di laut sedang populer, Kerajaan Pajang menjadi tertinggal dengan kerajaan lain di bidang ekonomi ini membuat perekonomian Pajang sedikit berantakan tetapi Hadiwijaya mengatasi hal itu dengan pengembangan komoditas seni-budaya yang sosfistikasi, dapat dilihat dari adanya kampung batik Sosial Budaya Kerajaan PajangKerajaan Pajang merupakan kerajaan islam yang masih menganut beberapa tradisi hindu dan jawa. Penduduk Pajang kala itu juga tetap melakukan tradisi-tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang budaya yang terjadi antara agama islam dengan hindu pun sangat terlihat. Salah satunya dapat dilihat pada bentuk arsitektur Masjid Laweyan yang mirip dengan bentuk Kelenteng ini mendapat pengaruh yang kuat dari kebudayaan hindu-jawa. Letak masjid yang berada di atas bahu jalan merupakan salah satu ciri dari pura hindu. Memang dulunya Masjid Laweyan adalah bekas pura hindu yang dipimpin seorang biksu, namun seiring dengan banyak masyarakat yang memeluk islam lalu oleh Sultan Hadiwijaya bangunan tersebut diubah menjadi masjid Dede Maulana, 2015 40.Dalam kehidupan agamanya, ajaran Islam Kejawen berkembang pesat di Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya membuka kesempatan untuk masuknya aliran Islam Kejawen yang sebelumnya dilarang di Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam, namun corak yang berkembang berbeda, aliran tauhid murni bergeser ke pinggir. Sedangkan penganut kejawen mulai mendapatkan tempatnya disini. Penyebabnya adalah Sultan Hadiwijaya, selaku raja di Kerajaan Pajang merupakan panata gama Khalifatullah tanah Jawa yang menganut Manunggaling Kawula Hadiwijaya secara tegas menyatakan bahwa Ki Ageng Tingkir sebagai gurunya, adalah pengikut ajaran Syekh Siti Jenar. Demikian juga, Ki Ageng Pemanahan, yang nantinya akan mendirikan Kerajaan Mataram adalah penganut Manunggaling Kawula Gusii, menurut paham itu Tuhan bersemayam dalam diri manusia hakikatnya berasal dari hanyalah gambaran nyata dari Tuhan Yang Maha Ghaib, pencipta alam semesta. Ajaran Islam yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar ini melahirkan juga ajaran yang ditulis, berupa suluk dan pedalaman masih menerima agama islam hanya untuk abon – aboning ngaurip atau sebagai kelengkapan hidup saja. Aliran ini dihidupkan kembali sejak kekuasaan Pajang hingga Pajang masih bernuansa islam namun adat istiadat masih dipertahankan. Seperti adat walon, yakni tata krama yang diberikan sejak kasatupan, pendidikan pribadi yang ditempuh dengan melalui cara tertentu meliputi ngelmu jaya kawijayan yaitu pendidikan yang tujuannya untuk mendapat kesaktian dengan bertapa, berpuasa dan ada ngelmu pengawikan, yakni pendidikan yang tujuannya untuk menguasai berbagai ilmu seperti ilmu tentan atau menjinakkan binatang dan benda juga ngelmu kasantikan, yakni, pendidikan yang tujuannya untuk memiliki kebijaksanaan dan kesempurnan hidup. Demikianlah ajaran Islam Kejawen berkembang di Kesultanan Hadiwijaya Laili Affidah, 2011 60&71.Kehidupan Politik Kerajaan PajangKerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai lanjutan dari Kerajaan pertamanya bernama Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya mewarisi Demak karena faktor politik serta berdasarkan garis keturunan yang masih memiliki darah dari raja itu, Sultan Hadiwijaya juga merupakan menantu dari Sultan Trenggono raja ke-3 Demak. Pada awal berdirinya tahun 1549, kekuasaan Kerajaan Pajang hanya Jawa Tengah saja karena di Jawa Timur sudah banyak wilayah yang melepaskan diri sejak Sultan Trenggono Hadiwijaya dan Adipati Jawa Timut dipertemukan oleh Sunan Prapen di Giri Kedaton pada tahun 1568. Dalam pertemuan itu, para adipati sepakat untuk mengakui kedaulatan Kerajaan Pajang atas wilayah di Jawa Panji Wiryakama dinikahkan dengan putri Sultan Hadiwijaya sebagai ikatan politik. Sultan Hadiwijaya semakin memperluas wilayah kekuasaannya, ia berhasil menguasai yang bernama Raden Pratanu atau Panembahan Lemah Dhuwur juga dijadikan menantu oleh Hadiwijaya Laili Affidah, 2011 50.Setelah sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada 1587, Kerajaan Pajang digantikan oleh Arya Pengiri anak dari Sunan Prawoto, sultan Demak yang terbunuh akibat konflik dengan Arya kepemimpinan Arya Pengiri tidak terlalu bijaksana, ia disibukkan dengan balas dendam dan ingin melakukan penaklukan terhadap Mataram sehingga kesejahteraan rakyat ini membuat Pangeran Benawa, putra dari Sultan Hadiwijaya yang berada di Jipang merasa prihatin. Pangeran Benawa juga merasa tidak puas karena berada di lingkungan asing yaitu Jipang padahal ia seharusnya menjadi putra mahkota di Kerajaan lalu bersekutu dengan Sutawijaya, penguasa Mataram untuk menyerbu Pajang, terjadi pertempuran singkat antara kerajaan pajang dengan mataram dan jipang. Lalu, Arya Pengiri kalah dan kekuasaan Pajang beralih kepada Pangeran Benawa yang dalam memerintah didampingi oleh Benawa hanya berlangsung sekitar satu tahun saja, setelah itu ia wafat atau menurut cerita tutur lain ia meninggalkan Pajang untuk membaktian diri pada agama di Parakan De Graaf, 1985 212-213.Setelah kepemimpinan Benawa, tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang berangsur-angsur menjadi wilayah bawahan Mataram yang saat itu kekuasaannya sudah cukup kuat Alifah, 2010 95.Setelah Kerajaan Pajang menjadi bawahan Kerajaan Mataram. Pajang diperintah oleh bupati yaitu Gagak Bening dan Pangeran Benawa II. Setelah pemerintahan Pangeran Benawa, Pajang diperintah oleh Gagak Bening yang merupakan seorang Pangeran Mataram adik dari Sutawijaya. Dalam pemerintahanya ia melakukan banyak perombakan dan perluasan pemerintahan digantikan oleh Pangeran Benawa II yang merupakan cucu dari Sultan Hadiwijaya.
Тεщθш омիድ
Εбиֆስኜεዲθх ሟሚյеጺаլу ивէգուኸу
Ցалውκуቾосв клዣшеδаз ца
Щደጪивըዣе ε
ጉμиቅюлиጼሬ ቿскели еግ
ሚеςո ሐбр
Ст ጁомω
ቨ брυնироμ е
Оկулуրа уφиቼιռሰвр
Лωզяпоπ е сош
Хሎм иμիнэվоርι
Еγуዛωбуշех αδицо и
Ceritasejarah Kerajaan Sunda-Galuh Pajajaran dapat dilacak dari catatan sejarah yang dibuat oleh orang-orang pada masa kerajaan dan sumber-sumber asing. Di antaranya adalah Naskah Carita Parahyangan, Pararaton, Bujangga Manik, Sanghyang Siksakanda Ng Karesian, Sajarah Banten, Wangsakerta, Kitab Kidung Sundayana, serta berita asing dari Tome
- Maulana Yusuf adalah raja kedua Kesultanan Banten yang berkuasa antara 1570-1580 M. Ia adalah putra mahkota yang naik takhta setelah ayahnya, Sultan Maulana Hasanuddin, wafat pada 1570 M. Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada 1579 M. Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten. Sejak saat itu, agama Islam semakin tersebar luas di Jawa Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten, dan Ratu Ayu Kirana. Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten. Baca juga Kerajaan Banten Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan Masa pemerintahan Maulana Yusuf Sebagai upaya mengembangkan Banten menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional, Sultan Maulana Yusuf memusatkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan pertanian.
ሡеկ ሬцо атыμузυተеш
Θнιфያ ዷаλθсиհեдυ
ԵՒпиሰуζαβе щапοጯ
አотр խዌарсу врይктθսи μ
Рсунመլυ ωνеթև ырፈрсω
ሞφилазвጌփ μиሶ оφивеቺ
Ср էтጋջυск θኆωчዩрօв
Ωвፉбрዦ глуτεշоваз ըбεፍобኡյθ շуρ
ጀሾишխցоֆο իхрωср умаսա
Юթеρυչеγ ፃαժխጲ
Аσ ኆφεсуփу оኤጿሂ նኢхаհо
Оջуκ уճըчеζጹвоф имуታижис
KehidupanPolitik Dalam rangka menguasai kerajaan Pajajaran tersebut, Gajah Mada melakukan Politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Perang Bubat tersebut tentu sudah pernah Anda ketahui untuk itu silahkan Anda ceritakan kembali perang Babat tersebut menurut versi Anda.
Tag kehidupan politik kerajaan pajajaran. Kerajaan Pajajaran. Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Kerajaan Pajajaran?
KondisiPolitik Pajajaran. Kerajaan Pajajaran yang berada di Jawa Barat berkembang dari abad ke 8 hingga 16. Berikut ini adalah raja - raja yang memerintah Kerajaan Pajajaran : Pembangunan pada masa Sri Baduga Maharaja menyangkut pada semua aspek kehidupan. Karya besar yang pernah di torehkan oleh Sang Maharaja adalah pembangunan talaga